ANALISA
NOVEL BERJUDUL TRAGEDISINEMATA
Tugas
Laporan
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Apresiasi dan Kajian Prosa
Oleh
:
Hasan Mustofa Kamal
11210406
A2 (Reguler)
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2012
Kata
Pengantar
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas laporan saya tepat pada waktunya.
Tugas
laporan dengan judul Analisa Novel Karya Hilman hariwijaya dengan Judul Tragedisinemata ini,
saya susun dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Apresiasi dan Kajian
Prosa pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, di STKIP Siliwangi
Bandung.
Sebagaimana
telah saya uraikan sebelumnya, bahwa dalam penyusunan tugas laporan ini saya
banyak mendapatkan kesulitan, sehingga untuk bisa menyelesaikan tugas laporan
ini, saya tidak lepas dari bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu, merupakan saat yang tepat apabila pada kesempatan ini saya
selaku penulis tugas laporan ini mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak
Gusjur Mahesa yang telah membimbing saya dalam penyusunan tugas laporan,
2. Kedua
orang tua saya yang selalu memberikan motivasi serta do’a kepada saya,
3. Rekan-rekan
seangkatan dan semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.
Akhirnya
saya berharap semoga tugas laporan ini dapat memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Apresiasi dan Kajian Prosa. Saya pun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sehingga terbuka kemungkinan bagi saya untuk
memperbaiki pada tahap kesempurnaan serta bermanfaat bagi kita semua.
Cimahi,
30
November 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB II PERMASALAHAN 2
2.1 Identifikasi Masalah 2
BAB III PEMBAHASAN 3
3.1 Unsur Intrinsik 3
3.1.1 Tema 3
3.1.1.1
Pengertian Tema 3
3.1.1.2
Tema dari Novel
Tragedisineamata 3
3.1.2 Alur (Plot) 4
3.1.2.1 Pengertian Alur (Plot) 4
3.1.2.2 Alur (Plot) dalam Novel Tragedisineamata 6
3.1.3 Latar (Setting) 6
3.1.3.1 Pengertian Latar
(Setting) 6
3.1.3.2 Latar (Setting) dalam
Novel Tragedisineamata 7
3.1.4 Penokohan (Perwatakan/Karakteristik) 7
3.1.4.1 Pengertian Penokohan
(Perwatakan/Karakteristik) 7
ii
3.1.4.2 Penokohan dalam Novel tragedisinemata 8
3.1.5 Sudut Pandang 8
3.1.5.1 Pengertian Sudut Pandang 8
3.1.5.2 Sudut Pandang pada Novel Tragedisinemata 8
3.1.6 Gaya Bahasa 9
3.1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa 9
3.1.6.2 Gaya Bahasa dalam Novel Tragedisineamata 9
3.1.7
Amanat 9
3.2 Unsur Ekstrinsik 10
3.2.1 Biografi Pengarang 10
3.2.2 Budaya, Agama, Sosial, Ekonomi 10
3.3 Sinopsis Novel Tragedisineamata 11
BAB IV PENUTUP 12
4.1
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Prosa berasal dari kata proversa
yang berarti “Bahasa Langsung” (Bahasa Latin), akibat kontraksi bunyi ditulis
prosa yang artinya : cerita yang ditulis dalam bahasa percakapan sehari-hari
(karangan bebas).
Prosa ialah cerita yang merupakan
suatu peristiwa yang tidak terikat oleh aturan-aturan dan berdasarkan dari
khayalan atau imajinasi pengarang. Salah satu bentuk karya satra prosa adalah
novel. Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau
lebih, yang mengarang kehidupan manusia, yang bersifat imajinatif, menceritakan
kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan
nasib bagi para pelakunya.
Novel dalam arti umum berarti cerita
berbentuk prosa, dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang
kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam.
Novel
merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk
tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan
tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.
1.2
Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini yaitu
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi dan Kajian Prosa. Serta meningkatkan
kemampuan untuk mengenal, memahami, menghayati dan menghargai karya sastra
Indonesia. Salah satunya adalah novel.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1
Identifikasi Masalah
Salah satu karya sastra
novel memiliki manfaat yang sangat banyak. Hasil karya sastra novel mengandung
keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik
perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman jiwa yang terdapat dalam
karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.
Manfaat dari membaca novel
adalah memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran dalam
hidup ini.
Salah satu bentuk karya sastra prosa yaitu novel,
terdapat unsur yang dapat kita analisa. Seperti unsur intrinsik yang meliputi :
Tema,
Alur (Plot),
Latar (Setting),
Penokohan
(Perwatakan/Karakteristik), Sudut Pandang, Gaya Bahasa, dan Amanat. Dan unsur ekstrinsik yang meliputi :
Biografi,
Pengarang,
Politik,
Sosial,
Budaya,
Ideologi,
Agama,
Sosial,
Filosofi,
Pendidikan, Ekonomi, dan Sejarah.
Pada salah satu bentuk karya
sastra prosa yaitu novel, yang berjudul Tragedisinemata
akan dianalisa melalui
unsur-unsur yang terdapat di atas.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Unsur Intrinsik
Unsur
intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita sebagai
pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel.
3.1.1 Tema
3.1.1.1 Pengertian Tema
Tema
adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai
pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut,
religius, dan sebagainya. Tema (theme), menurut staton (1965:20) dan Kenny
(1966:88), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dan Rahmanto, 1986:142). Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita,
dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya.
Tema
adalah gagasan, ide, atau
pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya,
tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita,
atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema
merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar
pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat”
kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu,
termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema
ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan
secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
.1.1.2 Tema dari Novel Tragedisinemata
Tema dalam novel ini
adalah menceritakan seorang anak yang bernama Lupus dan teman-teman sekolahnya
yang diajak bermain film oleh sutradara
tetapi sutradara tersebut membatalkannya karena mereka masih pada muda dan
masih pada suka bercanda dalam latihannya . seperti dalam dialog yang ada di
dalam novel, dibawah ini .
Besoknya
secara nggak sengaja Lupus ketemu sang produser di kantor Hai.
Dengan
wajah menyesal, beliau menyampaikan kabar duka bahwa mereka
nggak
jadi pakai Lupus cs untuk peran pembantu, sebab kata sutradara,
“Kalian
masih hijau sekali. Susah diarahkan. Latihannya suka bercanda terus.
Belum
lagi kita harus mendaftar kalian ke Parfi sebagai pemain baru.
Bayarnya
mahal sekali. Kita toh tak mau mengambil resiko itu. Jadi...”
Lupus
tak menyimak lagi, apa yang dikatakan sang produser. Dia cuma
bengong.
Bagaimana cara nyampein kawat duka itu ke teman-temannya?
Walaupun
mereka sedikit merasa kecewa dan
malu dengan keputusan sutradara tersebut mereka juga mengikhlaskan bahwa mereka
tidak jadi bermain film karena itu adalah tragedi yang menyadarkan mereka bahwa
bukan disana tempat mereka , seperti dialog dibawah ini .
Lupus pun mulai cerita semuanya. Tentang pertemuannya sama produser.
Tentang dibatalkannya peran buat mereka...
“Kita semua kecewa. Tapi kita tak boleh larut dalam kesedihan.
Perjalanan
kita masih jauh. Tragedi ini menyadarkan kita, bahwa kodrat kita
bukanlah
bintang film. Setiap orang sudah ada tempatnya sendiri-sendiri. Sudah
dikotak-kotakkan oleh Tuhan. Misalnya Boim jadi playboy, Fifi jadi artis
bohongan, saya jadi cowok kece... yah, semua sudah dibagi-bagi. Nah
mungkin kita tempatnya memang bukan di sana. Kita ditempatkan di sini.
Sebagai pelajar. Sebagai anak yang harus duduk manis di bangku kelas,
sambil menyimak pelajaran. Sambil
sesekali lempar-lemparan kapur kalau
guru lagi meleng. Meta, Ita dan Utari kebetulan sadar lebih dulu dari
kita-
kita. Makanya mereka menolak ketika kita tawarkan.”
3.1.2 Alur (Plot)
3.1.2.1 Pengertian alur
(plot)
Stanton
(1965:14) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang
satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Kenny (1966:14) mengemukakan
bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak
bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu
berdasarkan kaitan sebab akibat.
Forster (1970(1927):93)
mengemukakan bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai
penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Alur atau plot dapat disebut juga
sebagai rangkaian peristiwa atau jalinan cerita dari awal sampai klimaks serta
penyelesaian.
Macam-macam Alur (plot) :
1.
Alur
(plot) berdasarkan kriteria urutan waktu
a.
Plot
lurus, progresif.
Plot sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang
dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama
diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.
b.
Plot
sorot-balik, flash-back.
Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif
tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang
benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap
tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
c.
Plot
campuran
Urutan kejadian yang
dikisahkan dimulai dengan tahap awal cerita secara logika dan tahap tengah atau
tahap akhir yang kemudian cerita dikisahkan kembali.
2.
Alur
(plot) berdasarkan kriteria jumlah
a.
Plot tunggal
Plot tunggal sering
dipergunakan jika pengarang ingin memfokuskan “dominasi” seorang tokoh tertentu
sebagai hero, “pahlawan”, atau permasalahan tertentu yang ditokoh utamai
seorang yang tertentu pula.
b.
Plot sub-subplot
Subplot, sesuai dengan
penamaannya, hanya merupakan bagian dari plot utama. Ia berisi cerita “kedua”
yang ditambahkan yang bersifat memperjelas dan memperluas pandangan kita
terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan cerita (Abrams, 1981:138).
3.
Alur
(plot) berdasarkan kriteria kepadatan : Plot padat, dan Plot longgar
4.
Alur
(plot) berdasarkan kriteria isi
a.
Plot peruntungan
Plot peruntungan berhubungan
dengan cerita yang mengungkapakan nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh
(utama) cerita yang bersangkutan.
b.
Plot tokohan
Plot tokohan menyaran pada
adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian.
d.
Plot
pemikiran.
Plot
pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,
perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup
dan kehidupan manusia.
3.1.2.2
Alur (plot) dalam Novel Tragedisinemata
1. Berdasarkan
kriteria urutan waktu
Novel ini memiliki alur (plot) lurus, progresif. Itu
dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada novel ini bersifat
kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Dapat
dilihat ketika lupus dan
teman-temannya diajak bermain film mereka semua sangat senang tetapi ketika
sutradara tersebut membatalkan mereka untuk bermain film maka mereka pun merasa
kecewa dan sedih .
2. Berdasarkan kriteria jumlah
Novel ini memiliki alur (plot) sub-subplot. Dalam novel
ini tidak hanya
menceritakan seorang tokoh tertentu sebagai “tokoh utama” tapi juga banyak menceritakan tokoh-tokoh lainnya.
3. Berdasarkan kriteria isi
Novel ini memiliki plot pemikiran yang mengungkapkan
sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam
obsesi, dan lain-lain.
Hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan para
tokohnya.
3.1.3 Latar (Setting)
3.1.3.1 Pengertian latar
(setting)
Latar
atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan (Abrams, 1981:175).
Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk
memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
Macam-macam latar:
1.
Latar tempat
: Latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat
yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial
tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.
2.
Latar waktu
: Masalah waktu dalam karya
fiksi juga sering dihubungkan dengan lamanya waktu yang dipergunakan dalam
cerita.
3.
Latar sosial : Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi.
3.1.3.2 Latar (setting)
dalam Novel Tragedisinemata
Pada
novel ini latar tempat yang digunakan yaitu tempat-tempat yang dijumpai seperti
, sekolah, kantin jahat dan
mahal (KMJ),
mini bus, diperpustakaan, lapang basket,
di rumah
dan lain-lain. Salah satu
contohnya seperti yang ada di dialog dibawah ini
Di perpustakaan, dia melihat Rina yang lagi asyik ngebaca.
Lupus mendekat.
“Halo!”
Rina menoleh kaget
Latar
waktu (lamanya waktu) dalam novel ini cukup relatif, itu berarti tidak terlalu
lama dan tidak terlalu cepat sehingga tidak membuat orang yang membacanya
menjadi bingung. Adapun
waktunya yaitu pagi hari,siang hari,sore
hari,malam hari dan lainlain. Salahsatu contohnya seperti dibawah ini
Saat itu malam belum
larut. Paling baru sekitar jam tujuh. Tapi suasana di kebun yang tak jauh dari
rumah Rina amat sangat gelam sekali. Bunyi-bunyi jangkrik dan binatang malam lainnya kadang
memecahkan kesunyian yang
mencekam.
Latar
sosial dalam novel ini menceritakan kebiasaan hidup Lupus ketika masih bersekolah yang tidak pernah pantang menyerah,
dan selalu membantu temannya yang sedang kesulitan .
“Oke,
Im, saya mau nolong kamu pinjemin duit ke anak-anak. Tapi nggak janji ye, dan -
harus dibayar!”
3.1.4 Penokohan
(Perwatakan/Karakteristik)
3.1.4.1 Pengertian penokohan
(perwatakan/karakteristik)
Jones
(1968:33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Istilah “tokoh” menunjuk
pada orangnya. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap
para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seorang tokoh.
Tokoh adalah individu
ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam
berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat
pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh
yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.
Tokoh
sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau
menyampaikan nilai-nilai positif.
2.
Tokoh
sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan
dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif
3.1.4.2 Penokohan dalam
Novel Tragedisineamata
Tokoh yang ada didalam novel ini diantaranya adalah
·
Lupus :
cuek,polos,baik hati,suka membantu teman
Terlihat dalam salah satu
dialog didalam novel ini .
“Oke, Im, saya mau
nolong kamu pinjemin duit ke anak-anak. Tapi nggak janji ye, dan - harus dibayar!”
·
Lulu :
lincah dan bawel
Terlihat dalam salah satu
dialog didalam novel ini .
“Egois! Sekali-sekali kenapa sih gantian kamu yang
shopping? Apa ibu dibiarkan pergi sendirian? Kasihan, kan, bawaannya banyak
banget! Sekali ini aja kok. Soalnya saya bener-bener ada perlu!”
·
Boim : Percaya diri, suka berhutang ,
Terlihat dalam salah satu
dialog didalam novel ini
“Lho, serius, Pus. Walau dia
datang ke sini kemarin-kemarin itu, saya sempet diundang makan malam di
Mandarin sana dia bersama orang-orang kaya lainnya. Jangan keki, Pus, gini-gini
ogut kan termasuk orang kaya kesekian di Indonesia....”
·
Fifi alone :
narsis, ingin menjadi artis ,
Terlihat dalam salah satu
dialog dibawah ini
“Ayo dong ngomong, kok malah mejeng di situ? Kamu
pikir dengan begitu bisa lebih kece dari
saya, ya?” Fifi Alone, artis kapiran mulai angkat bicara ngeliat Denny Cuma
diam aja di muka kelas.
·
Gusur :
berjiwa seniman,polos
Terlihat dalam salah satu
dialog dibawah ini
“Duhai, malapetaka apakah
yang telah engkau limpahkan pada hambamu
yang kece ini, ya Tuhan. Mengapa Engkau abaikan cacing-cacing dalam perutku
menggeliat gelisah, sementara tak sekilas pun nampak tanda-tanda nasi dan
lauk-pauknya akan dihidangkan di sini. Oh,
betapa kejamnya derita yang harus kutanggung.”
·
Aji : suka menggannggu
Terlihat dalam salah satu
dialog dibawah ini
“Wah, cewek dari mana nih,
berani – beranian masuk kelas kita.” Aji buka suara.
·
Gito :
jail,tapi kadang bisa jadi orang yang bisa diandalkan.
Terlihat dalam salah satu dialog
dibawah ini
“Jangan –
jangan anak baru. Kita kerjain, yuk?” tukas Gito.
·
Produser
: baik dan tidak sombong
Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini
“Oke deh,
besok kamu dan temen-temen kamu ke sini aja lagi. Tapi agak pagian, biar
bisa sekalian latihan, dan dicatat nama-namanya. Soalnya sekarang pegawai kantor sudah pada pulang,”
ujar si produser.
·
Deni :
bawel, polos dan cuek.
Terlihat dalam salah satu
dialog dibawah ini
“Eng... anu, nama saya Deniati, tapi akrab
dengan panggilan Denny. Saya pindahan
dari Semarang, ikut orang tua... cita – cita saya sebetulnya banyak... tapi
takut dikira kemaruk, ngerampas lapangan
kerja orang laen, akhirnya saya cukup puas untuk jadi astronot
saja...” Anak – anak langsung
padameng-woo. Teriak – teriak keki. But the show must go on, dan Denny tancap terus. “...eng, bintang saya virgo. Kepribadian biasa-biasa
saja, artinya nggak ada yang terlalu istimewa, kecuali menolong orang yang terkena serangan jiwa macam... eh-maaf, maksud saya Boim...” Boim ngamuk –
ngamuk, tapi anak baru itu yang mulai tumbuh keberaniannya langsung tancap
gas.“... Hobi saya banyak. Termasuk memanjat jambu tetangga. Tapi itu dilakukan
kalau bener – bener kepengen. Terus... kata
mutiara: don’t judge a boy by his kolor. Terima kasih, rasanya keterangan saya
cukup segitu dulu. Nanti kalo ada waktu bisa dilanjutin, walau dengan catatan...”
·
Agnes :
dewasa dan baik hati
Terlihat dalam salah satu
dialog dibawah ini
“Kita semua memang maunya bisa sepenuhnya
diterima apa adanya kita. Dengan keunikan kita, ketidaksempurnaan kita, ide-ide
kita, dan jugaperasaan kita. Kita
butuh
dihargai. Saat kita tumbuh dewasa, kita memang banyak dipengaruhi
orang-orang di sekitar kita, lingkungan dan masyarakat. Iya kan, Pus?”
·
Rina : baik dan ramah
Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini
“Sabar,
Pop, nggak ada April Mop-april mopan dalam hal ini. Sungguh, saya tadinya
bermaksud baik. Kamu harus tau, Pop, Lupus sebenarnya masih sayang sama kamu. Jangan protes dulu, saya
punya bukti-bukti. Saya tau sekali.
Selama ini dia sering ngomongin kamu ke saya. Memang, Lupus nggak
bikin saya sebagai pelampiasan. Dia anak baik kok. Tapi dia nggak
bisa bohong kalau dia masih sayang sama
kamu. Udah aja saya langsung niat mau nyatuin lagi kamu sama Lupus. Biar kamu-kamu bisa bahagia. Saya puter-puter
cari akal, akhirnya saya dapat ide. Mau mempertemukan kamu sama Lupus di sini.
Makanya saya nulis surat ke kamu dan Lupus dengan harapan nantinya bisa saling ketemu. Tapi
ternyata...” Rina tak meneruskan
eritanya.
·
Bapaknya rina :
suka mengganggu dan galak
Terlihat dalam salah satu dialog dibawah ini
,”Rambut anda
kok gondrong sekali? Apa di sekolan anda tak ada peraturan agar seorang siswa itu harus
berambut rapi?”
·
Poppy :
tegas , dan baik
“ Iya, tapi
apa maksudmu berbuat begitu? Mau bikin April Mop, ya? Saya kasih tau aja, ya,
April Mop kamu berhasil dengan gemilang. Tepatnya, saya merasa kena tipu!”
·
Rizal :
galak dan sombong
“Jalannya yang bener dong! Dasar anak manja!”
3.1.5 Sudut Pandang
3.1.5.1 Pengertian sudut
pandang
Sudut
pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan
dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang
bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of
view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam
cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya
sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat,
didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain
kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas
seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan
menjadi dua:
1. ‘Aku’
tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam
diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar
dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu
yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya
jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih
masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’
menjadi tokoh utama (first person central).
2. ‘Aku’
tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh
utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’
hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai
pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang
kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan
berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah
cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini
yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi
terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada
umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of
view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang
ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia,
dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus
menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
3.1.5.2 Sudut pandang pada Novel Tragedisinemata
Sudut pandang pada novel ini adalah
sudut pandang orang ketiga
(third person point of view) Karena orang yang menceritakannya atau yang
sebagai naratornya berada diluar cerita, narrator menceritakan atau menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia,dia . khususnya
nama tokoh utama sering kali disebut terusmenerus pada ceritanya .
“Jangan
gitu dong, Pus, saya kebetulan aja lagi cekak,” gerutu Boim. Tampangnya jadi sedih. Mulutnya
bermonyong-ria, menunjukkan
kesedihannya. Wah, kalau sudah begini susah deh mendeskripsikan bagaimana suntuknya tu wajah. Lupus aja
sampe nggak tegaan ngeliatnya. Apalagi
ketika Lupus mulai mendengar suara sesegrukan si Boim dari balik bantalnya.
Duile, gitu aja nangis
Kutipan percakapan di atas dapat
mewakili bahwa novel ini memiliki Sudut pandang orang ketiga (third person point of view) karena menyebut
nama tokoh dalam cerita tersebut.
3.1.6
Gaya Bahasa
3.1.6.1 Pengertian gaya bahasa
Stile
(Style, Gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana
seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams,
1981:190-1). Stile adalah suatu hal yang pada umumnya tidak lagi
mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa
dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu, dan
sebagainya (Leech & Short, 1981:10).
Gaya
bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan
karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi
(pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang
membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara
pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan
sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang
tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya
dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan
suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan,
emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi
adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
3.1.6.2
Gaya bahasa dalam Novel Tragedisinemata
Penggunaan
gaya bahasa dalam novel ini tidak terlalu sulit. Penggunaan kata-katanya
disusun secara sederhana, lazim dan mudah dimengerti. Pada novel ini terdapat
gaya bahasa seperti dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak menyebabkan
pembaca kesulitan dalam membacanya, karena ungkapan-ungkapan yang digunakan
adalah yang sering kita dengar dan ucapkan sehingga kita dapat memahaminya.
Kalau pun ada kata-kata yang tidak di mengerti dalam novel ini terdapat glosari
atau daftar istilah-istilah kata yang susah untuk di pahami. Penulis memang
sudah menyiapkan novel ini dengan matang sehingga tidak akan menyulitkan
pembacanya.
3.1.7 Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan
disimpan rapih dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita.
Amanat yang terkandung dalam novel Tragedisineamata adalah bahwa kita
sebagai generasi muda, generasi penerus harus berusaha dan terus menjaga
kelestarian alam di sekitar kita, karena kelestarian alam adalah sumber
kehidupan kita. Selain itu, kita harus menjadi anak yang pemberani, berani
menjunjung kebaikan, kejujuran, dan memberantas serta melawan semua kejahatan.
Dalam
novel ini juga terdapat pesan agar kita setia kawan, kompak, dan peduli
terhadap sesama manusia.
Yang paling utama dalam novel ini adalah kita
harus sadar bahwa kita itu mempunyai kodratnya masing-masing dan setiap orang
berbeda-beda. kita semua jangan pernah menyerah dan putus asa karena di setiap
tragedi yang kita hadapi itu mempunyai makna atau hikmah yang bisa kita petik untuk pengalaman
hidup kita yang lebih baik kedepannya .
“Kita semua kecewa. Tapi kita tak boleh larut
dalam kesedihan. Perjalanan kita masih
jauh. Tragedi ini menyadarkan kita, bahwa kodrat kita bukanla bintang film. Setiap orang sudah
ada tempatnya sendiri-sendiri.
dikotak-kotakkan oleh Tuhan. Misalnya Boim jadi playboy, Fifi jadi
artis bohongan, saya jadi cowok kece...
yah, semua sudah dibagi-bagi. Nah
mungkin kita tempatnya memang bukan di sana. Kita ditempatkan di sini Sebagai pelajar. Sebagai anak yang harus
duduk manis di bangku kelas, sambil
menyimak pelajaran. Sambil sesekali lempar-lemparan kapur kalau guru lagi meleng. Meta, Ita dan Utari
kebetulan sadar lebih dulu dari kita-
kita. Makanya mereka menolak ketika kita tawarkan.”
3.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya
sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.
3.2.1
Biografi Pengarang
Biografi Hilman Hariwijaya
Hilman Hariwijaya
adalah seorang penulis Indonesia. Namanya dikenal sejak menulis cerita pendek
yang diberi judul "Lupus" di majalah Hai dibulan Desember 1986, yang
kemudian dibukukan menjadi sebuah novel.
Kini setelah ia tidak
produktif lagi menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arswendo
Atmowiloto dan Astrid Lindgren ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis
skenario dari sinetron Cinta Fitri (Season 2 - Season 3), Melati untuk Marvel,
dan lain-lain. Ia juga memroduseri film layar lebar "The Wall".
Kiprah Hilman
Hariwijaya menulis cerita remaja bermula dari kesukaannya pada majalah dan rasa
ingin tahu pada dapur redaksinya. Ketertarikan dan rasa ingin tahu tersebut
berlanjut dengan kenekatan mendatangi kantor redaksi majalah Hai. Setiap pulang
sekolah, masih bercelana pendek seragam SMP, Hilman menghabiskan sebagian
waktunya di kantor redaksi majalah tersebut. Berawal dari itu, sedikit demi
sedikit ia mulai terlibat dalam keredaksian majalah tersebut hingga akhirnya
menjadi wartawan paruh.
Tahun 1978, Hilman
unjuk kepiawaian. Ia mengikuti sayembara mengarang. Karyanya berjudul
"Bian, Adikku yang Tak Pernah Ada" menjadi pemenang dalam sayembara
itu. Selanjutnya namanya melambung. Dua karyanya yang tergolong fenomenal,
serial "Lupus" dan "Olga" bukan hanya tercatat laris di
pasar dan masih terus dicetak ulang, tetapi juga telah diangkat dalam versi
layar lebar dan sinetron remaja. Hingga saat ini sekitar 82 judul buku telah
dikarangnya.
Eksistensi Hilman
Hariwijaya Saat ini (2012)
Hingga hari ini, Hilman
Hariwijaya di usianya yang ke-48 tahun masih berkarya dengan menghasilkan
tulisan-tulisan berbobot. Dan yang paling terbaru tentang karyanya adalah
cerita yang diangkat ke layar kaca untuk menjadi serial sinetron yang berjudul,
“Separuh Aku”
Karya
Hilman Hariwijaya sudah
mengrang banyak Novel. Dalam banyak versi. Versi yang paling terkenal adalah
Lupus dan Olga. Karangan yang lain adalah :
1. Lupus
a. Lupus ABG
b. Lupus Milenia
c. Lupus Kecil
2. Olga
3. Lulu
4. Vanya
5. Vladd
Filmografi
1. Separuh Aku Sebagai
Scriptwriter
2. Rasa (2009) Sebagai
Scriptwriter
3. Suka Ma Suka (2009) Sebagai
Scriptwriter
4. Anak Ajaib (2008) Sebagai
Producer
5. Anak Ajaib (2008) Sebagai
Scriptwriter
6. The Wall (2007) Sebagai
Producer
7. The Wall (2007) Sebagai Scriptwriter
8. Dealova (2005) Sebagai
Scriptwriter
9. Fantasi (2004) Sebagai
Scriptwriter
10. Olga dan Sepatu Roda (1991) Sebagai
Scriptwriter
11. Lupus III (Topi-topi Centil) (1989) Sebagai Main Cast
3.2.2
Budaya, Agama, Sosial, Ekonomi
Dalam novel ini memiliki unsur
budaya, agama, sosial dan unsur lainnya.
Budaya,
dalam novel ini terdapat istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan yang di gunakan
dalam bahasa daerah seperti Sunda dan
Jawa. Juga terdapat bagian cerita yang menunjukan agama terdapat dalam akhlak
yang baik . Lalu, terdapat bagian cerita yang menunjukan sosial terdapat dalam
sikap peduli, saling menghormati dan
saling membantu sesama manusia. Dan dalam novel Tragedisinemata
pun terdapat bagian cerita yang menunjukan ekonomi terdapat dalam keadaan
ketika harga tiket bis naik dan mereka yang pergi kesekolah menggunakan bis
merasa keberatan akan tetapi mereka bisa menghadapinya dengan menggunakan mobil
dari seorang temannya yang digunakan untuk antarjemput kesekolah yang lebih
irit dari pada naik bis.
3.3
Sinopsis Novel Tragedisinemata
Lupus, anak nakal yang doyan permen karet itu, ternyata malah
sering dikangeni. Hadirnya dia di tengah-tengah teman-temannya membuat hidup
remaja lebih berkelir. Penuh warna-warni indah. Padahal, apa sih kelebihan yang
dimiliki Lupus? Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos?
Penampilannya yang berkesan santai? Atau justru sikapnya yang kadang-kadang
nakal?
Nggak tau ya. Yang jelas tiada hari ceria tanpa kehadiran dirinya
(taela!). Tiada rasa rindu tanpa canda ria bersamanya. Itu kata mereka sendiri
: remaja. Sedang Lupus sendiri menanggapi dengan cuwek bebek aja "Ah,
enggak enak dikangeni itu. Kalo kebetulan berhalangan hadir, suka ditanya-tanya
terus. Repot, kan...," katanya sambil cengar-cengir.
Tapi tentang keberhasilan Lupus jadi idola remaja ini, penulisnya
cuma bisa ngerendahin diri, ninggiin mutu,"Ah, itu kan cuma karena selera
saya memang sama dengan selera remaja pada umumnya. Jadi apa yang disukai
remaja, biasanya saya juga suka."
.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu karya sastra novel memiliki manfaat yang sangat banyak. Hasil
karya sastra novel mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang,
nikmat, terharu, menarik perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman
jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia
khususnya pembaca. Dalam salah satu bentuk karya sastra prosa yaitu
novel, terdapat unsur yang dapat kita analisa. Seperti unsur intrinsik yang
meliputi : Tema, Alur (Plot), Latar (Setting), Penokohan (Perwatakan/Karakteristik),
Sudut Pandang,
Gaya Bahasa,
dan Amanat.
Dan unsur ekstrinsik yang
meliputi : Biografi, Pengarang, Polotik, Sosial, Budaya, Ideologi, Agama, Sosial, Filosofi, Pendidikan, Ekonomi, dan Sejarah.
Novel ini memiliki alur
(plot) lurus, progresif. Itu dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
novel ini bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama menyebabkan
terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Dapat dilihat ketika lupus dan
teman-temannya diajak bermain film mereka semua sangat senang tetapi ketika
sutradara tersebut membatalkan mereka untuk bermain film maka mereka pun merasa
kecewa dan sedih .
Sudut
pandang pada novel ini adalah sudut pandang orang ketiga (third person point of view) Karena orang
yang menceritakannya atau yang sebagai naratornya berada diluar cerita,
narrator menceritakan atau menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama
atau kata gantinya ia,dia . khususnya nama tokoh utama sering kali disebut
terusmenerus pada ceritanya .
Penggunaan
gaya bahasa dalam novel ini tidak terlalu sulit. Penggunaan kata-katanya
disusun secara sederhana, lazim dan mudah dimengerti. Amanat dalam novel Eliana
adalah bahwa kita harus saling menghormati dan bersikap dewasa dalam menyikapi
masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Budianta, Melani, dkk.
2002. Membaca Sastra Pengantar Memahami
Sastra Untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesiatera.
Nurgiantoro, Burhan.
1944. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hariwijaya.hilman. 1988. tragedisinemata.
Jakarta: Republika.
masih banyak kekurangan dalam penulisan ini mungkin jika ada masukan atau kritikan yang membangun atau menjadikan lebih baik silahkan untuk berkomentar .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar