ANALISA
NOVEL
diajukan
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah apresiasi dan kajian prosa pada
Jurusan Pendidkan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah STKIP SILIWANGI
Disusun
Oleh :
Destiana
Pratiwi 11210220
STKIP
SILIWANGI BANDUNG
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
2011
DARI
AVE MARIA KE JALAN LAIN KE ROMA
Unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik secara khusus dalam setiap judulnya
1. KOTA-HARMONI
Unsur Intrinsik :
·
Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar
cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah
dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu,
tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat
”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi
tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada
pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Jadi,
tema dalam judul Kota-Harmoni adalah “Kekuasaan”
hal yang menguatkan pada tema tersebut
adalah saat percakapan antara seorang perempuan tua dengan seorang kondektur,
dimana seorang kondektur dengan angkuhnya menegur perempuan tua untuk pindah
dari tempat itu.
Dialog
yang menunjukan tema kekuasaan :
Seorang perempuan tua, bungkuk, dan
kurus, bajunya berlubang seperti disengaja melubangkannya, seperti renda
seperai, dimarahi kondektur, “Ini kelas satu, mengapa di sini. Ayo kebelakang.
Kalau tidak, bayar lagi.”
Lambat-lambat perempuan tua itu pergi
ke kelas dua. Tiba di sana ia melihat dengan marah kepada kondektur dan
katanya, ”Ah, berlagak betul. Sedikit saja dikasih Nippon kekuasaan sudah
begitu. Sama orang tua berani. Tetapi coba kalau orang Nippon,
membungkuk-bungkuk. Bah!”
·
Tokoh / Perwatakan
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang
diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh
bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Tokoh sentral
protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan
nilai-nilai positif.
2.
Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang
membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan
nilai-nilai negatif.
Jadi
tokoh dan perwatakan dalam cerita ini :
Ø Perempuan
muda, Belanda Indo = Angkuh,
Sombong.
“Siapa lagi yang membawa terasi ke atas trem.
Tidak tahu aturan, ini kan kelas satu.” dia berkata kepada salah satu penumpang
di dalam trem itu
Ø Perempuan
tua, bungkuk, kurus = Sederhana dan
Merana.
Terlihat saat perempuan tua ini bersitegang
dengan seorang kondektur yang mengusir perempuan tua ini untuk pindah kelas, karena tidak sanggup membayar biaya
menaiki trem.
Ø Kondektur
1 = Angkuh dan Semena-mena.
Terlihat saat kondektur 1 mengusir perempuan
tua yang tidak sanggup membayar biaya trem dengan semena-mena tanpa belas
kasihan.
Ø Kondektur
2 = Pemarah
Terlihat saat kondektur 2 yang berkomentar
saat melihat kondektur 1 yang mengusir perempuan tua untuk pindah kelas 2 karena tidak cukup untuk membayar
biaya menaiki trem.
Ø Seorang
anak muda = jujur
Terlihat saat ia mengutarakan ketidaksukaanya
terhadap perlakuan orang Nippon yang semena-mena di dalam trem yang penuh sesak
dialog :
“Orang kelas satu dan orang kelas dua disamakannya saja, seperti binatang saja
diperlakukannya.”
Ø Orang
Nippon = Semena-mena dan tidak
tahu aturan.
Terlihat saat 3 orang Nippon yang sengaja
memberhentikan trem yang sedang berjalan dengan tanpa aturan dan menaiki term
tersebut dengan senyum kemenangan.
Ø Orang
kenpentai = Adil
Terlihat saat ia marah kepada seorang Nippon
yang menaiki jendela trem, yang memang sudah jelas marah kepada orang yang
salah. Bukan seperti orang lain yang memandang sebuah kekuasaan untuk memarahi
orang yang salah.
·
Alur / plot
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur
dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
1.
Berdasarkan urutan
waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2.
Berdasarkan hubungan
sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3.
Berdasarkan tema
cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur
tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode
dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Jadi menurut pengertian diatas alur cerita
dalam cerita ini mengandung Alur Tematik, karena cerita ini hanya membahas
kerusuhan di dalam trem saja. Maka dari itu 1 episode dihilangkan masih bisa
berdiri sendiri dan tidak mengubah cerita.
~ Alur cerita ini adalah alur maju, karena
sepanjang cerita mengisahkan kejadian selam di sebuah trem.
~ Plot nya saat dimana orang Indonesia
bertengkar dengan seorang Nippon yang menaiki jendela trem dan terlibat adu
mulut. Dan orang Kenpentai membela orang Indonesia karena memang orang
Indonesia benar untuk memarahi orang Nippon tersebut.
·
Latar / Setting
Latar adalah segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana,
dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam
tiga unsur pokok:
a. Latar tempat,
mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi.
b. Latar waktu,
berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar sosial,
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berpikir dan bersikap, serta status sosial.
Jadi
dalam cerita ini :
~
Latar tempatnya berada di dalam sebuah Trem.
~
Latar Waktunya adalah Sepanjang hari mulai dari pagi hingga malam, karena menceritakan kejadian di dalam sebuah trem
selama dalam perjalanan setiap orangnya.
~
Latar Sosialnya adalah status sosial di dalam sebuah kekuasaan antara orang
Nippon dan orang Indonesia di suatu perjalanan dalam sebuah trem.
·
Amanat
Amanat adalah ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara
memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang
terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara
eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran,
atau larangan yang
berhubungan dengan
gagasan utama cerita.
Amanat
dalam cerita ini adalah:
Bahwa
setiap orang memiliki kekuasaan tersendiri, dan sebaiknya kekuasaan itu
digunakan dan ditempatkan pada hal yang benar dan seadil-adilnya.
·
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh
cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua
macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang
pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia
adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami
dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat
dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’
mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang
bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan
sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat
cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan
orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki
kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita
yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul
bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal
peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,
sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan
tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya
tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi
oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup
cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’,
narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama
tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Dan sudut
pandang yang ada dalam cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga, karena
pengarangnya tidak terlibat di dalam cerita, dan pengarangnya hanya
menceritakan kisah orang lain.
·
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang
dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa
harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah
satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi
setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan
dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan
hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap
segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda:
berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya.
Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta,
adegan peperangan dan lain-lain.
Dan gaya bahasa dalam cerita ini menggunakan gaya bahasa Indonesia
yang baku, bahkan didalam cerita ini mengandung sebagian istilah dalam bahasa
Jepang atau bahasa yang jarang terdengar pada zaman sekarang.
Unsur Ekstrinsik :
unsur ekstrinsik dalam novel | Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di luar
karya sastra (novel), tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem
organisme karya sastra. Secara lebih spesifik, unsur ekstrinsik sebuah novel
bisa dibilang sebagai unsur yang membangun sebuah novel. Oleh karena itu, unsur
ekstrinsik novel tetap harus diperhatikan sebagai sesuatu yang penting.
Q Biografi
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
Q
Sosial
Sosial nya adalah
menceritakan tentang kehidupan status sosial yang terjadi zaman dahulu yang
berpokok pada kekuasaan seorang Nippon dan rakyat yang tidak berdaya di dalam
sebuah perjalanan trem.
Q Politik
Politiknya zaman
dahulu, bahwa Nippon lah yang berkuasa, tidak ada yang berani melanggar seorang
Nippon, terkecuali orang yang ingin dicemooh di depan banyak orang atau mungkin
lebih parah dari itu.
Q
Ekonomi
Ekonomi yang terjadi
saat itu adalah sangat rendah, terbukti saat perempuan tua yang di usir dari
kelas 1 karena tidak mampu membayar lebih untuk berada dikelas 1 yang lebih
nyaman. Dan ekonomi untuk orang Nippon dan sebangsanya sangat makmur sehingga
mereka menggunakan kekuasaan uang untuk bertingkah semena-mena.
Q
Budaya
Budaya di dalam cerita
ini adalah budaya Nippon atau budaya orang jepang, yang dahulu sebagai penjajah
yang bertindak semena-mena terhadap bangsa Indonesia.
2. JAWA BARU
Unsur Intrinsik
v Tema
Tema yang dianut dalam
cerita ini adalah mengenai” KEHIDUPAN
SUSAH “.
Ini berdasarkan atas
semua inti dari cerita ini yang semua menceritakan tentang kehidupan susah pada
zamannya.
Cuplikan cerita yang
menandai tema tersebut :
Pada halaman 86,
paragraf ke 3 :
Surat-surat kabar penuh dengan kabar perang,
tetapi surat-surat kabar itu kosong dengan pekabaran seperti diatas. Seperti
kejadian di atas itu tidak terjadi di kota Jakarta dan tempat lain.
Jurnali-jurnalis setiap hari disuruh kemana-mana untuk melihat keadaan di
sekeliling kota, tetapi yang ditulisnya hanya tentang kemakmuran bersama.
v Tokoh / perwatakan
Ø Anak muda yang
telanjang sebenar-benarnya = Merana,
orang gila.
Terlihat dari cerita
saat ia setiap harinya yang dengan telanjang sebenar-benarnya dan selalu duduk
dibawah pohon saat hari terang, ia hanya menutupi sebagian badannya menggunakan
kedua telapak tangannya, ia hanya berani beranjak ke jalan saat hari gelap dan
ia menuju kali untuk melihat barangkali ada bangkai ayam atau bangkai orang
hanyut untuk dimakannya, karena ia kelaparan.
Ø Perempuan-perempuan
Jalang = Pekerja keras
Terlihat saat mereka
semua menjual diri kepada orang-orang diluar demi untuk membeli beras buat
sanak saudaranya, hingga akhirnya mereka mati dengan sendirinya karena bunga
mereka sudah layu, dan tidak dihinggapi kumbang lagi.
Ø Orang-orang Jawa
Hokokai = Acuh, tidak peduli
kesusahan rakyat
Terlihat saat mereka
mengadakan rapat, dan tidak isa menjawab pertanyaan dari orang Nippon, yang
mengemukakan kesusahan rakyatnya, dan mereka tidak bisa membuat jawaban pasti
atas pertanyaan yang di ajukan.
v Alur / plot
Alur yang demikian disebut alur kausal. Berdasarkan hubungan sebab
akibat (kausal).
Karena alur ini
menceritakan rakyat kecil yang sengsara akibat tingkah dari Jawa Hokokai yang
kurang peka dan kurang peduli terhadap rakyatnya. Terutama pemerintah zaman itu
yang selalu mengangkat berita baik disurat kabar maksud menutupi dan tidak
pernah mau mengangkat cerita kesengsaraan rakyat.
Sehingga alur ini Maju,
karena menceritakan kehidupan yang terjadi hingga saat ini.
plot :
Tertulis pada halaman
87, paragraf 6
Kehidupan susah, dimana-mana
orang-orang mengeluh, tetapi tidak ada seorang pun yang berani membuka mulut.
Seorang utusan pemerintah baru kembali dari perjalanannya dari seluruh Jawa dan
telah mengirimkan laporannya kepada pemerintah. Malamnya diumumkan di radio,
bahwa sungguhpun rakyat hidup susah, mereka tidak mengeluh, menanggungkan
segala-galanya dengan sabar, tanda bakti yang keluar dari hati suci. Pada
penghabisannya dikatakan pula, bahwa pemerintah Nippon terharu sekali dengan ketulusan seluruh rakyat Pulau
Jawa.
v Latar / Setting
~ Latar tempat :
Jakarta, Surabaya, Plered, dan di seluruh Pulau Jawa.
Tergambarkan saat akhir cerita yaitu.
Kehidupan susah terjadi di Jakarta, Surabaya, Plered, dan di seluruh Pulau
Jawa. Semua orang menengadahkan tangan ke langit, meminta rezeki dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.
~ Latar Waktu :
Sepanjang hari mulai dari pagi hingga malam hari dan terjadi pada zaman dahulu
hingga zaman sekarang pun masih terjadi seperti itu.
~ Latar Sosial :
Kehidupan sosial yang terjadi oleh status yang di atas sehingga membuat kurang
peduli dengan rakyat yang dibawahnya.
v Amanat
Amanat yang disampaikan dari cerita tersebut adalah Jika kita
menjadi orang yang mempunyai rezeki lebih atau status sosial yang lebih tinggi,
kita harus mengingat kepada rakyat yang dibawah yang lebih membutuhkan uluran
tangan dari kita.
v Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang
menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang
berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya
yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan
kata ganti.
v Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia zaman sekarang, karena bahasanya lebih mudah
dimengerti walaupun menceritakan kejadian zaman dahulu dan itu berlaku hingga
zaman sekarang masih sama.
Unsur Ekstrinsik
v Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
v Sosial
Sosialnya dari cerita
ini adalah dimana kehidupan susah telah terjadi dari zaman dahulu hingga saat
ini, karena orang yang memiliki kekuasaan lebih acuh kepada rakyat kecilnya.
Sehingga banyak rakyatnya yang mati karena kelaparan.
v Politik
Politiknya bahwa
pemerintah lebih mengutamakan kepentingannya sendiri dengan komunitasnya.
Sehingga rakyat kecil diabaikan.
v Ekonomi
Ekonomi yang terjadi di atas ketidakmerataan hak rakyat kecil,
yang lebih di utamakan rakyat besar terlebih dahulu. Terbukti saat rapat
musyawarah kedua Jawa Hokokai yang berucap bahwa pertanyaan terdahulu saat
rapat pertama bukanlah hal penting untuk dijawab.
v Budaya
Budaya yang terjadi zaman itu liar, setiap orang tidak peduli
dengan profesi apa yang dilakukannya, mereka hanya memikirkan perut mereka
terisi, walaupun resiko pekerjaan mereka besar.
3. PASAR MALAM ZAMAN JEPANG
Unsur Intrinsik
ü Tema
Tema dalam cerita ini adalah “
PASAR MALAM”.
Tema itu diambil dari semua
kegiatan yang dilakukan ada di dalam sebuah pasar malam. Mulai dari kegiatan
perjudian hingga perdebatan antara orang-orang yang berada di pasar malam pada
zaman jepang.
ü Tokoh/ Perwatakan
Ø Amin, bajunya bersetrika, jadi bagus, berdasi, dan bersepatu,
seperti anggota Chuo Sangiin = Suka
Mengejek, Sombong.
Terlihat saat ia berkata mengejek
temannya:
“Apa gunanya berdesak. Beli saja
yang diluar ini.”
“Memang, di luar dua kali lipat,
tetapi apa peduli kita. Apa artinya uang sekarang ini.”
Ø Ti istri dari seorang Indonesia =
suka meremehkan dan kasar bicaranya
terlihat di satu dialognya
bersama suami nya:
“Kang, ini tolol betul. Bagor kan
bukan Karat.”
Ø Orang Indonesia, yang kurus =
suka berjudi
Terlihat saat ia serius mengikutu
permainan itu yang terus menerus tanpa henti, hingga akhirnya ia sadar bahwa
dia kehabisan uang saat merogoh kantong sakunya. hingga akhirnya dia kalah, dan
keesokan harinya terdengar bahwa ia sudah mati.
ü Alur / Plot
Maka cerita ini
mengandung alur linear, karena Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi).
Atau alur mundur karena menceritakan kejadian di masa lalu.
Plot :
Saat orang Indonesia
mengalami kekalahan saat bermain rolet, sehinnga ia rela satu persatu menjual
pakaian nya ,hingga pakain dalamnya. Tetapi tetap saja ia mengalami kekalahan.
ü Latar / Setting
Latar Tempat : Berada
di Pasar Malam
karena keseluruhan cerita ini mengusung tema
di Pasar Malam.
Latar Waktu : Malam hari saat pada zaman Jepang.
Latar Sosial : Semu bergabung tidak melihat status
sosial, karena yang mereka lakukan disana hanya melakukan permainan di Pasar Malam.
ü Amanat
Jangan mudah putus asa
hanya karena sebuah permainan, dan jangan mudah mengeluarkan apa yang kita
punya hanya demi hal yang tidak berguna.
ü Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh
cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua
macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang
pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia
adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami
dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat
dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1‘ Aku’ tokoh utama. Dalam
sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah
laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun
fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi
fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’,
peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan
dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan
diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person
central).
2‘ Aku’ tokoh tambahan. Dalam
sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan
sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk
membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu
kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh
cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh
utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa,
tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama
habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya
tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’,
narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama
tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Maka cerita ini adalah
menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena dalam cerita ini pengarang
menceritakan kisah orang lain pada masanya, yaitu masa jepang.
ü Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang
digunakan dalam cerita ini adalah Bahasa Indonesia yang baku, dan di dalamnya
banyak menggunakan bahasa sastra, lebih puitis. Kurang dimengerti sedikit
bahasa yang digunakan, karena menceritakan pada masa lalu.
Unsur Ekstrinsik
ü Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
ü Sosial
Dengan adanya kegiatan di pasar malam, membuat pada zaman
dahulu membuat semua orang saling berinteraksi di dalamnya tanpa memandang
status sosial, karena mereka di dalamnya hanya melakukan hal kesenangan mereka,
bermain dengan apa yang mereka sukai.
ü Politik
Unsur politik yang terlihat di dalam cerita tersebut adalah
ketika seorang lelaki tua yang terus berusaha ingin memenangkan permainan
rolet. Dia berusaha hingga menjual semua yang ia pakai pada saat itu untuk
mendapatkan kemenangan terhadap lawannya.
ü Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang terjadi pada saat cerita ini dibuat
adalah ekonomi nya sangat rendah.
Terlihat saat seorang yang kalah dalam bermain sampai menjual
pakaian dalam dia untuk mendapatkan se Sen uang agar permainannya berlanjut.
ü Budaya
Kebudayaan yang tergambarkan dalam cerita ini adalah sebuah
persaingan dalam sebuah permainan. Jadi budaya saat itu adalah harus berusaha
dengan sekuat tenaga bila ingin menjadi pemenang yang terhormat pada masa
Jepang.
4. SANYO
Unsur Intrinsik
ÿ Tema
Tema yang tersirat dalam cerita ini adalah “ Penasaran ”
Tema tersebut terlihat saat di dalam cerita mereka melakukan
sebuah percakapan yang pada awalnya mereka bersaing dalam menjualkan makanan.
Pada akhirnya salah satu pedagang itu terucap kata yang membuat mereka tidak
mengerti apa arti dari kata yang di ucapkan tadi, dan terus bertanya arti kata
itu kepada setiap pembeli.
ÿ Tokoh / Perwatakan
Ø Kadir = Penjual kacang rebus, sifat yang tidak
sabar dan sombong.
Terlihat saat ia berjualan kacang dan semua pengunjung tidak
ada yang menghampiri barang dagangan dia, dan lebih memilih untuk membeli es
krim. Ia pun bergerutu sendiri melihat kantong sakunya yang masih kosong.
Ø Seorang tukang es
lilin = Sopan
Terlihat saat ia menghampiri Kadir dengan sopan memohon untuk
memberi kacang dengan harga yang sangat murah, karena ia merasa kelaparan dan
hanya memakan es krim dagangannya.
Ø Seorang lelaki tua = Galak dan kasar
Terlihat saat seorang lelaki tua ini memarahi penjual es krim
dengan bahasa kasar karena yang ia mau kacang dengan harga 3 sen, bukan es krim
yang diberinya tadi oleh penjual es krim yang sedang bercakap dengan Kadir.
Ø Seorang lelaki = Mata- mata Nippon , tegas dan galak
Terlihat saat Kadir bertanya pada pria ini tentang arti kata
“ SANYO “ yang ternyata itu adalah kata penghinaan untuk Nippon, sehingga Kadir
langsung diseret ke kantor polisi.
ÿ Alur / Plot
Maka cerita ini mengandung alur Kausal, karena Berdasarkan hubungan sebab akibat. Dimana karena keingintahuan
Kadir tentang arti kata Sanyo itu, akibatnya Kadir dibawa ke kantor polisi
karena ia bertanya pada mata-mata Nippon. Alur nya maju.
Plot dari cerita ini
ketika :
Ketika Kadir terus
berusaha bertanya kepada setiap pembeli kacangnya tentang arti dari kata SANYO,
hingga suatu saat ia tidak mengetahui bahwa orang yang ia Tanya adalah
mata-mata dari Nippon, seketika orang itu marah karena arti kata itu berate
sebuah pengejekkan untuk Dai Nippon.
ÿ Latar / Setting
~ Latar Tempat :
Dibawah Radio Umum
Disinilah tempat Kadir
berjualan kacang yang masih saja tidak dihampiri oleh pengunjung, dan merupakan
tempat penjual es krim untuk menjual es krim nya.
~ Latar Waktu :Siang hari
~ Latar Waktu :Siang hari
Pada waktu ini yang
membuat Kadir bergerutu karena hingga panasnya cuaca belum ada satu pun yang
membeli kacang yang diual oleh Kadir, sehingga membuat ia kesal kepada penjual
es krim.
~ Latar Sosial : Saling memberi
Tergambarkan jelas saat kadir memberi sedikit
barang jualannya walaupun dengan harga yang sangat murah kepada enjual es krim
dan lelaki tua yang memaksa membeli dengan haraga yang sangat rendah.
ÿ Amanat
Amanat yang disampaikan
dalam sebuah cerita ini adalah, jangan mengucapkan hal apapun yang tidak pernah
kita mengerti apa arti dari hal tersebut. Karena isa saja hal itu adalah hal
yang paling tidak aik untuk di ucapkan. Dan biarlah kita mencari tahu sendiri
tentang apa yang tidak kita ketahui.
ÿ Sudut Pandang
Sudut pandang dari
cerita di atas adalah sudut pandang orang ketiga, karena pengarangnya tidak
masuk kedalam cerita dan hanya menceritakan kisah orang lain.
ÿ Gaya Bahasa
Sangat menarik gaya
bahasa yang digunakan dalam cerita ini, karena walaupun menceritakan pada
zamannya tapi bahasa yang disampaikan menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti untuk isi ceritanya.
Unsur Ekstrinsik
ÿ Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
ÿ Sosial
Sosial yang tersirat
dalam cerita ini adalah kehidupan saling berbagi antara satu dengan yang
lainnya, walaupun dirinya sendiri pun mengalami kekurangan dalam kehidupannya.
ÿ Politik
Politik yang tersirat
adalah ketika satu kesalahan yang karena rasa pensaran sendiri ternyata bisa
membuat dirinya dibawa ke kantor polisi hanya karena pertanyaan yang salah
ditujukan kepada orang lain.
ÿ Ekonomi
Kehidupan ekonomi dalam
cerita ini adalah kehidupan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari,
dan bersaing untuk mendapatkan rezekinya masing-masing.
ÿ Budaya
Budaya yang
tergambarkan adalah budaya hukum, dimana diceritakan saat Kadir yang salah
bertanya karena rasa penasarannya sendiri mendapat akibat membuat dia dibawa ke
kantor polisi oleh mata-mata Nippon.
5. Fujinkai
Unsur Intrinsik
C Tema
Tema yang tersirat
dalam cerita ini adalah “ RAPAT
“
Tema ini terlihat
karena di dalam nya menceritakan tentang sebuah rapat fujinkai, dimana pemimpin
atas mengutus rapat ini untuk menyampaikan apa yang seharusnya dilakukan oleh
anggotanya.
C Tokoh / Perwatakan
Ø Nyonya Sastra = Disiplin,
Sombong, dan Sabar
Tersirat dari cerita
Nyonya Sastra yang mematuhi perintah atasannya untuk mengadakan rapat bersama
anggotanya, membahas tentang pungutan untuk membuat kue.
Ø Nyonya Waluyo = Tidak sabaran
dan suka mengejek
Terlihat saat Nyonya
Waluyo yang langsung mengundurkan diri mengikuti rapat yang terlalu lama, dan
ia keluar sambil mengejek Nonya Waluyo yang membawakan rapat dengan
bertele-tele.
Ø Nyonya Salim = Kekurangan
ekonomi
Tergambarkan dalam cerita
saat Nyonya Salim mengundurkan diri sebagai anggota Fujinkai karena permintaan
Nyonya salim untuk memberi beras seperlima liter setiap harinya, ia merasa itu
terlalu berat, karena kondisi ekonomi keluarganya.
Ø Nyonya Joko = Simpatik
Terlihat saat ia menceritakan
anaknya yang bekerja keras setiap hari dan mesti harus ditambah menanggung
karena putusan rapat Fujinkai.
Ø Nyonya Surya = Sombong
Terlihat saat ia
menceritakan anaknya dengan sombongnya saat anaknya pulang dan membawa segala
hasil dari pekerjaannya.
C Alur / Plot
Cerita ini Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur
yang demikian disebut alur linear.
~ Plot
Plot cerita ini saat semua anggotanya mulai
merasa jenuh terhadap rapat yang disampaikan oleh Nyonya Sastra, dan mulai satu
persatu anggotanya pulang karena rapat itu terlalu lama.
C Latar / Setting
~ Latar Tempat : Fujinkai Kampung A
Disinilah rapat Fujinkai dilaksanakan, karena
sepanjang ceritanya hanya membahas tentang isi rapat.
~ Latar Waktu : Sepanjang hari mulai dari pagi sampai
acara rapat tersebut selesai pada waktunya. Karena rapat ini terlalu lama, jadi
menghabiskan waktu yang lama, sehingga anggotanya mengalami kejenuhan didalam
rapat tersebut.
~ Latar Sosial : Rapat Musyawarah
Karena rapat ini
diadakan untuk memusyawarahkan pesan dari atasan Nyonya Sastra yang mendapat
pesan dari surat-surat kabar pada yang akhir-akhir ini.
C Amanat
Amanat yang disampaikan
di cerita ini adalah, kita harus memusyawarahkan hal penting untuk mendapatkan
putusan yang musyawarah. Dan jangan menilai orang dari apa yang kita lihat,
tapi kita pun harus belajar mendengarkan apa yang diutarakan seseorang itu.
C Sudut Pandang
Sudut Pandang yang
terjadi di dalam cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga, karena
pengarangnya memang tidak ikut di dalam cerita, ia hannya menceritakan orang
lain sebagai tokohnya.
Unsur Ekstrinsik
C Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
C Sosial
Sosial di cerita ini
adalah ketika memusyawarahkan suatu masalah, walaupun di dalamnya terjadi
sedikit perdebatan.
C Politik
Politiknya dalam cerita
ini adalah ketika Bangsa Indonesia diwajibkan mematuhi untuk memberi seagian
beras setiap harinya. Dan member sesuatu untuk mengucapkan terima kasih kepada
yang sudah berjuang.
C Ekonomi
Ekonomi yang terjadi
pada saat itu adalah, kekurangan bahan pokok, karena setiap keluaraga diminta
untuk member seperlima liter beras setiap harinya, dan itu sedikit membebani
rakyat yang kurang mampu.
C Budaya
Kebudayaan yang terjadi
di dalam cerita saat itu adalah ketika kita harus menuruti apa yang mereka
minta, dan kita harus memberikan sesuatu untuk ucapan terima kasih.
6. OH……OH……OH!
Unsur Intrinsik
J Tema
Tema di dalam cerita
ini adalah “ Perjalanan “
Tema itu berdasarkan
atas sepanjang cerita yang menceritakan kisah di dalam perjalanan sebuah kereta
api, mulai dari diskriminasi untuk mendapatkan tiket, hingga keributan dengan
pasukan Keibodan.
J Tokoh / Perwatakan
Ø Anak Muda, kurus = Tokoh
lataran.
Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi
sebagai latar cerita saja.
Ø Tukang karcis = Antagonis
Terlihat saat ia mendiskriminasi dalam member karcis. Ia marah
terhadap pembeli karcis yang sudah menuggu lama hanya karena tukang karcis yang
tidak juga memberikan karcis itu.
Ø Orang Tionghoa =
Sombong
Terlihat saat ia membanggakan bahwa ia mendapat karcis dengan
kelas dua, yang berarti itu hanya untuk kelas Nippon.
Ø Orang Arab =
Protagonis
Terlihat saat ia sedang bertanya kepada anak muda yang hanya
memiliki kaki 1, dan terlihat saat ia berucap “ Astagfirullah “ terhadap orang
Indonesia yang berkata kasar.
Ø Polisi = Licik
Terlihat saat ia , mencoba membantu anak perempuan membawa sebagian
beras, yang ternyata itu hanya sebuah trik Polisi yang juga untuk mendapatkan
beras secara cuma-Cuma, tanpa berbuat kekerasan seperti pasukan Keibodan.
J Alur / Plot
Jadi alur dari cerita
ini termasuk dalam alur linear, dan alur mundur. Karena menceritakan tentang
kejadian masa lalu pada zamannya.
Plot dari cerita ini saat pasukan Keibodan yang berusaha
memberhentikan perjalanan hanya untuk mengambil beras bawaan penumpang, dan
Polisi datang membuat malu pasukan Keibodan dengan hanya menjawab pertanyaan
pemilik beras tersebut. Dan yang ternyata Polisi itu pun melakukan hal yang
sama terhadap anak perempuan yang sedang membawa beras, dengan cara menipu anak
perempuan itu dengan modus membawakan sebagian beras di pundaknya.
J Latar / Setting
~ Latar tempat : Sukabumi, perjalanan di dalam sebuah
kereta.
Karena sepanjang
perjalanan dari cerita ini hanya menceritakan di dalam sebuah kereta dari
daerah Sukabumi.
~ Latar Waktu : Siang hari
Karena tercantum di
dalam cerita saat mereka merasa kepanasan ketika di dalam sebuah perjalanan
kereta dari arah Sukabumi.
~ Latar Sosial : Ketika Stasiun di Sukabumi padat oleh
penumpang, dan tukang karcis melakukan diskriminasi terhadap pembeli tiket.
J Amanat
Amanat yang disampaikan
dalam cerita ini adalah, kita tidak boleh membedakan dengan cara
mendiskriminasi orang. Dan kita tidak boleh berbuat semena-mena terhadap hak
orang lain, karena itu bisa membuat malu diri kita sendiri pada kelaknya.
J Sudut Pandang
Sudut Pandang dari
cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga, karena pengarang tidak pernah
masuk kedalam cerita sebagai AKU, ia hanya menceritakan kisah orang pada zaman
Jepang.
J Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang
digunakan dalam cerita ini sedikit mudah dimengerti, karena memakai bahasa
Indonesia yang baku saat zaman dahulu.
Unsur Ekstrinsik
J Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
J Sosial
Sosial nya dari cerita
ini adalah perbedaan status social yang hingga membuat diskriminasi dalam
mendapatkan tiket. Dan perlakuan pemaksaan dari pasukan Keibodan.
J Politik
Politik dari cerita ini
adalah setiap pasukan Keibodan bertindak paksa saat menjarah barang bawaan
penumpang berupa beras, sehingga membuat Polisi berusaha mengusir pasukan itu
dari dalam kereta.
J Ekonomi
Ekonomi yang terjadi
adalah sangat rendah, sehingga terjadinya perbedaan status sosial dan
diskriminasi di dalamnya.
J Budaya
Kebudayaan yang terjadi
saat itu adalah budaya semena-mena yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan
terhadap rakyat kecilnya.
7. HEIHO
Unsur Intrinsik
O Tema
Tema yang tersirat dari
cerita di atas adalah“
Perjuangan “
Tema ini tersirat
karena di dalam cerita ini menceritakan sebuah perjuangan Kartono untuk menjadi
seorang Heiho, hingga ia mempertaruhkan huungan keluarganya demi membela tanah
air.
O Tokoh / Perwatakan
Ø Kartono =
Protagonis, Sabar, dan Pejuang Keras
Terlihat saat ia
Berusaha ingin menjadi seoorang Heiho dan sabar mendengar ocehan atasannya,
karena kesal mendengar permintaan Kartono yang meminta menulis penghargaan
menggunakan Bahasa Nippon. Dan ia rela meninggalkan keluarganya hanya untuk
membela Tanah Air.
Ø Kepala Kantor = Mudah
Tersinggung, Pemarah.
Terbukti saat ia merasa
kesal terhadap Kartono dan ia marah terhadap Kartono yang meminta untuk menulis
penghargaan untuk dirinya menggunakan Bahasa Nippon.
Ø Miarti = Istri
Kartono, Tegas.
Terlihat saat Miarti
meminta Kartono memilih antara dirinya atau menjadi seorang Heiho untuk membela
Negara dan Tanah Air.
O Alur / Plot
Alur yang terjadi di
dalam cerita ini adalah alur mundur, karena menceritakan perjuangan seseorang
untuk menjadi Heiho. Dan mengandung Kausal, karena ada hubungan antara sebab
dan akibat.
Plot yang ada didalam
cerita ini saat Kartono mendapat kabar kelulusan untuk menjadi seorang Heiho
dan ia pulang kerumahnya dengan meksud member kejutan kepada istrinya yang
ternyata istrinya malah member pilihan kepada Kartono untuk memilih Heiho atau
istrinya.
O Latar / Setting
~ Latar Tempat : Di kantor Kartono, Markas Heiho, dan Rumah
Kartono.
~ Latar Waktu : Sepanjang hari mulai dari pagi hingga
malam
Karena di dalam cerita
di mulai saat Kartono berada di dalam kantor hingga menuju markas Heiho dan
pulang kerumahnya.
~ Latar Sosial : Perjuangan menjadi seorang Heiho.
Terlihat saat usaha
keras dari Kartono yang ingin menjadi seorang Heiho untuk membela Tanah Air.
O Amanat
Kita pun sebagai
penerus Bangsa yang baik, harus lebih bersemangat untuk berjuang untuk
mendapatkan hal yang menjadi impian kita jika itu memang bersifat positif.
O Sudut Pandang
Sudut pandang dari
cerita di atas adalah sudut pandang orang ketiga, karena pengarangnya
menceritakan kisah orang dengan menggunakan kata Ia atau Dia.
O Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang
digunakan dalam cerita disini, sangat menarik, sehingga membuat pembaca mudah
mengerti dalam mebaca kisah-kisah perjuangan masa lalu.
Unsur Ekstrinsik
O Biografi Pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
O Sosial
Sosial yang terjadi di
atas adalah sebuah perjuangan dari seorang pria untuk membela Tanah Air dan
rela mengorbankan hubungan dengan keluarganya.
O Politik
Politik yang terjadi di
dalam cerita ini adalah, saat Heiho meminta anak bangsanya ikut membela Tanah
Air.
O Ekonomi
Ekonomi yang terjadi adalah
pada saat itu tidak memperhatikan kebutuhan kecil menurut Nippon.
O Budaya
Budaya yang tersirat
dalam cerita ini adalah, budaya perjuangan dari anak Bangsanya dalam
memperjuangkan hak Tanah Air.
AVE MARIA dan KEJAHATAN
MEMBALAS DENDAM
Unsur Intrinsik
§
Tema
Ave Maria mempunyai tema percintaan,
terlihat saat Zulbahri yang merelakan istrinya untuk teman lamanya dan memilih
pergi tanpa tujuan dan hanya ditemani dengan buku karya zulbahri sendiri.
Kejahatan Membalas Dendam mempunyai
tema yaitu Persaingan, dimana didalamnya diceritakan sebuah persaingan sebuah
karya maupun sebuah percintaan.
§
Tokoh dan Perwatakan
Ave
Maria :
Ø Zulbahri = Tegar
diceritakan saat
Zulbahri yang rela mengalah untuk kebahagiaan istrinya yang lebih pantas
bersama teman lamanya.
Ø Wartini = Munafik
terlihat di dalam
cerita saat wartini yang ingin memiliki kedua pria tersebut, walaupun ia sering
kali berkata pada suaminya, bahwa hanya suaminya lah yang ia cintai, bukan
teman lamanya.
Ø Syamsu = Licik
terlihat saat ia yang
datang kembali ke kehidupan wartini yang sudah berkeluarga, dan dengan maksud
hanya datang sebagai sahabat, tetapi akhirnya merebut wartini dari tangan
Zulbahri hingga menghamili wartini.
Ø Ayah = Baik
Terlihat saat ia terus
menunggu kedatangan Zulbahri walaupun terlihat sedikit aneh dengan awal
kedatangannya. Ia terus mendengarkan keluh kesah Zulbahri.
Ø Ibu = Baik
terlihat saat Ibu yang
dengan sabarnya mendengarkan keluh kesah Zulbahri hingga sudah menganggapnya
sebagai anaknya sendiri.
Kejahatan
Membalas Dendam
Ø Ishak = Pengarang Muda,
Lemah, Putus asa
terlihat di dalam
cerita saat Ishak lari dari dunia nya hanya karena kritikan dari Pak Orok
hingga meninggalkan tunangannya.
Ø Satilawati= Tunangan Ishak
terlihat saat ia yang
terus berjuang mempertahankan karir dan cintanya.
Ø Kartili = Dokter, Teman
Ishak, Licik
terlihat sat ia yang
berusaha menjelekkan Ishak untuk mendapatkan Satilawati yang sudah lama ia
cintai.
Ø Asmadiputera= Meester in de rechten, teman Ishak, Baik, setia
kawan
Terlihat saat ia yang
hanya satu-satunya teman dalam ikut memperjuangkan nama Ishak di depan rakyat.
Ø Sukroso = Pengarang Kolot,
Ayah Satilawati, Pengkritik
terlihat saat ia yang
tidak menyukai hasil karya dari Ishak dan terus mengkritik dari karya yang
dibuat Ishak.
Ø Perempuan Tua= Nenek Sasilawati, Dukun , Adil
terlihat saat ia yang
berusaha adil kepada keluarganya, dimana ayah sasilawati yang berusaha
menjauhkan Ishak dari kehidupannya, tapi nenek itu berusaha melihat jalan
tengahnya dengan tidak ingin menyakiti hati cucu kesayangannya.
§
Alur / Plot
Ave
Maria
Berdasarkan
urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
Kejahatan
Membalas Dendam
Berdasarkan
hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
Plot :
Plot yang tersirat dalam cerita Ave
Maria adalah Ketika Zulbahri pergi meninggalkan Wartini, dan merelakan istrinya
untuk teman lamanya, hingga ia pun jalan tak menentu arah menjalani sisa
hidupnya.
tersirat
pada halaman18
Plot yang tersirat dalam cerita
Kejahatan Membalas Dendam adalah saat adegan ketiga belas dari babak ketiga.
§
Latar / Setting
Ave
Maria
Waktu : Zaman Jepang, malam hari ( sepanjang
hari,)
Tempat : Rumah Ayah dan Rumah Zulbahri( Jakarta
)
Sosial : Keluarga ayah dan Ibu yang mulai
menerima dan bisa mengajak Zulbahri kembali berbicara pasca meninggalkan
istrinya.
Kejahatan
Membalas Dendam
Waktu : Zaman Jepang, Sepanjang hari
Tempat : Jakarta,
Sosial : Lahirnya karya sastra baru membuat
adanya sebuah persaingan
§
Amanat
Ave
Maria
Cinta
adalah sebuah ketulusan dimana tersirat dalam cerita Zulbahri yang rela
memberikan orang yang dia cintai demi kebahagiaan yang orang dicintainya
bersama orang lain.
Kejahatan
Membalas Dendam
Sebuah
kejahatan yang terselubung di dalam kebaikan sekali pun pasti akan menimbulkan
akibatnya sendiri terhadap orang yang melakukan.
§
Sudut Pandang
Sudut
pandang dalam kedua cerita tersebut adalah sudut pandang orang ketiga, karena
si pengarang tidak mencantumkan dirinya di dalam cerita.
§
Gaya Bahasa
Gaya
bahasa yang digunakan dalam cerita tersebut adalah Bahasa Indonesia baku,
tetapi mudah dimengerti untuk pembaca pada zaman sekarang.
Unsur Ekstrinsik
§
Biografi
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
§
Sosial
Nilai
Sosial yang tersirat dalam cerita Ave maria adalah bahwa Cinta terhadap diri dan
terhadap orang lain terkadang mengalahkan rasa cinta kita terhadap Nusa dan
Bangsa.
Sedangkan
dari cerita Kejahatan Membalas Dendam adalah bahwa kawan yang setia akan selalu
berada di samping kita , baik saat kita berada di atas maupun di bawah.
§
Politik
Politik
yang tergamarkan dalam cerita keduanya adalah bahwa mereka ingin menunjukkan
pengalamannya terhadap orang lain untuk mendapatkan sesuatu, aik dalam
percintaan maupun pengakuan terhadap rakyat banyak.
§
Ekonomi
Ekonomi
yang terjadi saat itu adalah bahwa nilai ekonomi didalam cerita masih sangat
rendah.
§
Budaya
Budaya
di dalam cerita di atas adalah Budaya persaingan yang terjadi di antaranya di
dalam cerita masing-masing. Mulia dari perebutan cinta hingga pengakuan karya
sastra terbaik dari rakyat banyak.
SESUDAH
17 AGUSTUS 1945
Unsur
Intrinsik
o Tema
-
Kisah Sebuah Celana
Pendek = Perjuangan
terlihat tema cerita
ini saat Kusno dan ayahnya yang memperjuangkan cita-cita mereka untuk
mendapatkan sesuatu.
-
Surabaya = Peperangan
terlihat tema cerita
ini saat orang-orang Indonesia yang tengah memperjuangkan Bangsa Indonesia di
daerah Surabaya.
-
Jalan lain ke Roma = Perjalanan
tema cerita ini
terlihat saat sebuah perjalanan Open dalam mencari sebuah kejujuran seperti
yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya.
o Tokoh / Perwatakan
Kisah Sebuah Celana
Pendek
-
Kusno = Pejuang keras
tergambarkan dalam
cerita ini saat ia yang terus memperjuangkan sebuah celana pemberian ayahnya
disbanding mengurusi rasa kelaparan.
-
Pak Kusno = Pekerja keras
terlihat saat ia yang
bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikan sebuah celana kepada anaknya
agar bahagia.
Surabaya
-
Orang- orang Indonesia = Pembela Indonesia, Pejuang
terlihat saat mereka
rela berkorban membela tanah airnya di Surabaya untuk melawan sekutu.
-
Belanda- Indo = Penjajah , Pemarah
terlihat saat mereka
merasa terhina saat orang Indonesia merobek bendera mereka menjadi bendera
Indonesia.
-
Sekutu = Licik, penjajah,
penguasa
terlihat saat mereka
mencurangi rakyat Surabaya dengan membodohi mereka untuk menuruti segala
perintahnya.
Jalan Lain ke Roma
-
Open = Jujur
terlihat saat ia yang
selalu mengingat pesan orang tuanya untuk selalu jujur.
-
Istri Open = Pemarah
terlihat saat ia yang
sering sekali memarahi Open sambil mebawa-bawa sebuah golok.
-
Ayah , Ibu = Baik, menyayangi
anaknya
terlihat saat mereka
yang berusaha mencari nama baik untuk anaknya, dan saat mengajarkan anaknya
untuk jujur dalam segala hal.
-
Surtiah = Pekerja keras,
Sabar, Penyayang
terlihat saat Surtiah
dengan sabarnya menyayangi suaminya, dan bekerja keras membantu kedua orang
tuanya.
o Alur / Plot
Kisah Sebuah Celana
Pendek
Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang
demikian disebut alur linear.
Surabaya
Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang
demikian disebut alur linear.
Jalan Lain ke Roma
Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian
disebut alur kausal.
Plot
Kisah Sebuah Celana
Pendek
Saat dimana Kusno yang berjuang mempertahankan sebuah
celananya untuk tidak dijual, padahal ia merasa kelaparan. Tercantum pada
halaman 117 paragraf ke-5
Surabaya
tercantum saat adegan ke-5 dimana tentara sekutu semakin
bertambah maju masuk ke kota.
Jalan Lain ke Roma
terlihat dalam cerita saat Open diminta datang di Kepentai,
tercantum di halaman 166
o Latar / Setting
Kisah Sebuah Celana
Pendek
-
Waktu : Zaman Jepang, saat perang hari pearl
Harbour
-
Tempat : Pearl Harbour, Kantor
-
Sosial : Peperangan yang terjadi hanya untuk
orang besar, orang kecil tidak memedulikan.
Surabaya
-
Waktu : Zaman Jepang, setelah kemerdekaan
-
Tempat : Surabaya
-
Sosial : Kehidupan pejuang dalam
mempertahankan Surabaya dari tentara sekutu.
Jalan Lain ke Roma
-
Waktu : Zaman Jepang sepanjang hari
-
Tempat : daerah perkotaan dan Desa
-
Sosial : Kejujuran yang sulit di dapat pada
zaman itu.
o Amanat
Kisah Sebuah Celana
Pendek
Amanat yang disampaikan adalah bahwa kita harus
memperjuangkan apa yang kita inginkan dan jangan putus asa untuk mempertahankan
apa yang kita inginkan atau kita miliki.
Surabaya
Amanat yang disampaikan adalah bahwa kita sebagai warga
Negara yang baik harus membela Bangsa kita dari para penjajah yang ingin
merenggut kemerdekaan kita.
Jalan Lain ke roma
Amanat yang disampaikan adalah masih banyak jalan lain yang
lebih baik untuk kita gapai, dan terus kejarlah apa yang kita cita-citakan tapi
jangan sampai melupakan orang yang sangat berharga di sebelah kita.
o Sudut Pandang
Sudut pandang yang
tercantum dalam ketiga cerita tersebut adalah sudut pandang orang ketiga,
karena si pengarang hanya menceritakan kisah orang lain, tidak mencantumkan
namanya di dalm cerita ini.
o Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang
tertulis dalam cerita ini adalah Bahasa Indonesia Baku, sedikit kurang dipahami
karena masih mengandung nilai-nilai pada zaman jepang.
Unsur
Ekstrinsik
o Biografi pengarang
Abdullah Idrus
(lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
o Sosial
Nilai sosial yang
terkandung dalam ketiga cerita tersebut adalah kita harus memperjuangkan
masing- masing hak dan cita-cita kita sendiri, jangan sampai orang lain
merampasnya.
o Politik
Kisah sebuah Celana
Pendek
pekerjaan yang sulit di dapat pada masa peperangan zaman
Jepang.
Surabaya
Tentara sekutu yang memperudak bangsa Indonesia dalam menjajah
daerah Surabaya.
Jalan Lain ke Roma
Sebuah Kejujuran yang dinilai sangat rendah oleh orang-orang
sekitar
o Ekonomi
Ekonomi yang terjadi
dari ketiga cerita di atas adalah sederhana, kesengsaraan karena masih
dipengaruhi oleh tentara sekutu pada Zaman Jepang.
o Budaya
Budaya yang terjadi
adalah budaya pemberontak, dimana pada zaman Jepang yang sedikit melanggar
perintah nya pasti akan terjadi penyiksaan.
DARI AVE MARIA KE JALAN LAIN KE ROMA
karya : Idrus 1948
Unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik yang umum
Unsur Intrinsik:
@ Tema
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu,
tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat
”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi
tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema ada yang
dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara
implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan
tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi,
selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral,
seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat
seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah
tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ø Tema umum dari novel ini adalah “ Kesederhanaan Baru “
Karena di dalam cerita
ini membahas tentang berbagai macam kehidupan ekonomi yang menimbulkan sebab
dan akibat itu sendiri.
@ Tokoh / Perwatakan
Ave
Maria :
Ø Zulbahri = Tegar
diceritakan saat
Zulbahri yang rela mengalah untuk kebahagiaan istrinya yang lebih pantas
bersama teman lamanya.
Ø Wartini = Munafik
terlihat di dalam
cerita saat wartini yang ingin memiliki kedua pria tersebut, walaupun ia sering
kali berkata pada suaminya, bahwa hanya suaminya lah yang ia cintai, bukan
teman lamanya.
Ø Syamsu = Licik
terlihat saat ia yang
datang kembali ke kehidupan wartini yang sudah berkeluarga, dan dengan maksud
hanya datang sebagai sahabat, tetapi akhirnya merebut wartini dari tangan
Zulbahri hingga menghamili wartini.
Ø Ayah = Baik
Terlihat saat ia terus
menunggu kedatangan Zulbahri walaupun terlihat sedikit aneh dengan awal
kedatangannya. Ia terus mendengarkan keluh kesah Zulbahri.
Ø Ibu = Baik
terlihat saat Ibu yang
dengan sabarnya mendengarkan keluh kesah Zulbahri hingga sudah menganggapnya
sebagai anaknya sendiri.
Kejahatan
Membalas Dendam
Ø Ishak = Pengarang Muda,
Lemah, Putus asa
terlihat di dalam
cerita saat Ishak lari dari dunia nya hanya karena kritikan dari Pak Orok
hingga meninggalkan tunangannya.
Ø Satilawati= Tunangan Ishak
terlihat saat ia yang
terus berjuang mempertahankan karir dan cintanya.
Ø Kartili = Dokter, Teman
Ishak, Licik
terlihat sat ia yang
berusaha menjelekkan Ishak untuk mendapatkan Satilawati yang sudah lama ia
cintai.
Ø Asmadiputera= Meester in de rechten, teman Ishak, Baik, setia
kawan
Terlihat saat ia yang
hanya satu-satunya teman dalam ikut memperjuangkan nama Ishak di depan rakyat.
Ø Sukroso = Pengarang Kolot,
Ayah Satilawati, Pengkritik
terlihat saat ia yang
tidak menyukai hasil karya dari Ishak dan terus mengkritik dari karya yang
dibuat Ishak.
Ø Perempuan Tua= Nenek Sasilawati, Dukun , Adil
terlihat saat ia yang
berusaha adil kepada keluarganya, dimana ayah sasilawati yang berusaha
menjauhkan Ishak dari kehidupannya, tapi nenek itu berusaha melihat jalan
tengahnya dengan tidak ingin menyakiti hati cucu kesayangannya.
·
KOTA HARMONI
Ø Perempuan
muda, Belanda Indo = Angkuh,
Sombong.
“Siapa lagi yang membawa terasi ke atas trem.
Tidak tahu aturan, ini kan kelas satu.” dia berkata kepada salah satu penumpang
di dalam trem itu
Ø Perempuan
tua, bungkuk, kurus = Sederhana dan
Merana.
Terlihat saat perempuan tua ini bersitegang
dengan seorang kondektur yang mengusir perempuan tua ini untuk pindah kelas, karena tidak sanggup membayar biaya
menaiki trem.
Ø Kondektur
1 = Angkuh dan Semena-mena.
Terlihat saat kondektur 1 mengusir perempuan
tua yang tidak sanggup membayar biaya trem dengan semena-mena tanpa belas
kasihan.
Ø Kondektur
2 = Pemarah
Terlihat saat kondektur 2 yang berkomentar
saat melihat kondektur 1 yang mengusir perempuan tua untuk pindah kelas 2 karena tidak cukup untuk
membayar biaya menaiki trem.
Ø Seorang
anak muda = jujur
Terlihat saat ia mengutarakan ketidaksukaanya
terhadap perlakuan orang Nippon yang semena-mena di dalam trem yang penuh sesak
dialog :
“Orang kelas satu dan orang kelas dua disamakannya saja, seperti binatang saja
diperlakukannya.”
Ø Orang
Nippon = Semena-mena dan tidak
tahu aturan.
Terlihat saat 3 orang Nippon yang sengaja
memberhentikan trem yang sedang berjalan dengan tanpa aturan dan menaiki term
tersebut dengan senyum kemenangan.
Ø Orang
kenpentai = Adil
Terlihat saat ia marah kepada seorang Nippon
yang menaiki jendela trem, yang memang sudah jelas marah kepada orang yang
salah. Bukan seperti orang lain yang memandang sebuah kekuasaan untuk memarahi
orang yang salah.
·
JAWA BARU
Ø Anak muda yang
telanjang sebenar-benarnya = Merana,
orang gila.
Terlihat dari cerita
saat ia setiap harinya yang dengan telanjang sebenar-benarnya dan selalu duduk
dibawah pohon saat hari terang, ia hanya menutupi sebagian badannya menggunakan
kedua telapak tangannya, ia hanya berani beranjak ke jalan saat hari gelap dan
ia menuju kali untuk melihat barangkali ada bangkai ayam atau bangkai orang
hanyut untuk dimakannya, karena ia kelaparan.
Ø Perempuan-perempuan
Jalang = Pekerja keras
Terlihat saat mereka
semua menjual diri kepada orang-orang diluar demi untuk membeli beras buat
sanak saudaranya, hingga akhirnya mereka mati dengan sendirinya karena bunga
mereka sudah layu, dan tidak dihinggapi kumbang lagi.
Ø Orang-orang Jawa
Hokokai = Acuh, tidak peduli
kesusahan rakyat
Terlihat saat mereka
mengadakan rapat, dan tidak isa menjawab pertanyaan dari orang Nippon, yang
mengemukakan kesusahan rakyatnya, dan mereka tidak bisa membuat jawaban pasti
atas pertanyaan yang di ajukan.
·
PASAR MALAM ZAMAN JEPANG
Ø Amin, bajunya bersetrika, jadi bagus, berdasi, dan bersepatu,
seperti anggota Chuo Sangiin = Suka
Mengejek, Sombong.
Terlihat saat ia berkata mengejek
temannya:
“Apa gunanya berdesak. Beli saja
yang diluar ini.”
“Memang, di luar dua kali lipat,
tetapi apa peduli kita. Apa artinya uang sekarang ini.”
Ø Ti istri dari seorang Indonesia =
suka meremehkan dan kasar bicaranya
terlihat di satu dialognya
bersama suami nya:
“Kang, ini tolol betul. Bagor kan
bukan Karat.”
Ø Orang Indonesia, yang kurus =
suka berjudi
Terlihat saat ia serius mengikutu
permainan itu yang terus menerus tanpa henti, hingga akhirnya ia sadar bahwa
dia kehabisan uang saat merogoh kantong sakunya. hingga akhirnya dia kalah, dan
keesokan harinya terdengar bahwa ia sudah mati.
·
SANYO
Ø Kadir = Penjual kacang rebus, sifat yang tidak
sabar dan sombong.
Terlihat saat ia berjualan kacang dan semua pengunjung tidak
ada yang menghampiri barang dagangan dia, dan lebih memilih untuk membeli es
krim. Ia pun bergerutu sendiri melihat kantong sakunya yang masih kosong.
Ø Seorang tukang es
lilin = Sopan
Terlihat saat ia menghampiri Kadir dengan sopan memohon untuk
memberi kacang dengan harga yang sangat murah, karena ia merasa kelaparan dan
hanya memakan es krim dagangannya.
Ø Seorang lelaki tua = Galak dan kasar
Terlihat saat seorang lelaki tua ini memarahi penjual es krim
dengan bahasa kasar karena yang ia mau kacang dengan harga 3 sen, bukan es krim
yang diberinya tadi oleh penjual es krim yang sedang bercakap dengan Kadir.
Ø Seorang lelaki = Mata- mata Nippon , tegas dan galak
Terlihat saat Kadir bertanya pada pria ini tentang arti kata
“ SANYO “ yang ternyata itu adalah kata penghinaan untuk Nippon, sehingga Kadir
langsung diseret ke kantor polisi.
·
FUJINKAI
Ø Nyonya Sastra = Disiplin,
Sombong, dan Sabar
Tersirat dari cerita
Nyonya Sastra yang mematuhi perintah atasannya untuk mengadakan rapat bersama
anggotanya, membahas tentang pungutan untuk membuat kue.
Ø Nyonya Waluyo = Tidak
sabaran dan suka mengejek
Terlihat saat Nyonya
Waluyo yang langsung mengundurkan diri mengikuti rapat yang terlalu lama, dan
ia keluar sambil mengejek Nonya Waluyo yang membawakan rapat dengan
bertele-tele.
Ø Nyonya Salim = Kekurangan
ekonomi
Tergambarkan dalam
cerita saat Nyonya Salim mengundurkan diri sebagai anggota Fujinkai karena
permintaan Nyonya salim untuk memberi beras seperlima liter setiap harinya, ia
merasa itu terlalu berat, karena kondisi ekonomi keluarganya.
Ø Nyonya Joko = Simpatik
Terlihat saat ia
menceritakan anaknya yang bekerja keras setiap hari dan mesti harus ditambah
menanggung karena putusan rapat Fujinkai.
Ø Nyonya Surya = Sombong
Terlihat saat ia
menceritakan anaknya dengan sombongnya saat anaknya pulang dan membawa segala
hasil dari pekerjaannya.
·
OH…OH…OH!
Ø Anak Muda, kurus =
Tokoh lataran.
Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi
sebagai latar cerita saja.
Ø Tukang karcis =
Antagonis
Terlihat saat ia mendiskriminasi dalam member karcis. Ia marah
terhadap pembeli karcis yang sudah menuggu lama hanya karena tukang karcis yang
tidak juga memberikan karcis itu.
Ø Orang Tionghoa =
Sombong
Terlihat saat ia membanggakan bahwa ia mendapat karcis dengan
kelas dua, yang berarti itu hanya untuk kelas Nippon.
Ø Orang Arab =
Protagonis
Terlihat saat ia sedang bertanya kepada anak muda yang hanya
memiliki kaki 1, dan terlihat saat ia berucap “ Astagfirullah “ terhadap orang
Indonesia yang berkata kasar.
Ø Polisi = Licik
Terlihat saat ia , mencoba membantu anak perempuan membawa
sebagian beras, yang ternyata itu hanya sebuah trik Polisi yang juga untuk
mendapatkan beras secara cuma-Cuma, tanpa berbuat kekerasan seperti pasukan
Keibodan.
·
HEIHO
Ø Kartono =
Protagonis, Sabar, dan Pejuang Keras
Terlihat saat ia
Berusaha ingin menjadi seoorang Heiho dan sabar mendengar ocehan atasannya,
karena kesal mendengar permintaan Kartono yang meminta menulis penghargaan
menggunakan Bahasa Nippon. Dan ia rela meninggalkan keluarganya hanya untuk
membela Tanah Air.
Ø Kepala Kantor = Mudah
Tersinggung, Pemarah.
Terbukti saat ia merasa
kesal terhadap Kartono dan ia marah terhadap Kartono yang meminta untuk menulis
penghargaan untuk dirinya menggunakan Bahasa Nippon.
Ø Miarti = Istri
Kartono, Tegas.
Terlihat saat Miarti
meminta Kartono memilih antara dirinya atau menjadi seorang Heiho untuk membela
Negara dan Tanah Air.
Kisah Sebuah Celana
Pendek
-
Kusno = Pejuang keras
tergambarkan dalam
cerita ini saat ia yang terus memperjuangkan sebuah celana pemberian ayahnya
disbanding mengurusi rasa kelaparan.
-
Pak Kusno = Pekerja keras
terlihat saat ia yang
bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikan sebuah celana kepada anaknya agar
bahagia.
Surabaya
-
Orang- orang Indonesia = Pembela Indonesia, Pejuang
terlihat saat mereka
rela berkorban membela tanah airnya di Surabaya untuk melawan sekutu.
-
Belanda- Indo = Penjajah , Pemarah
terlihat saat mereka
merasa terhina saat orang Indonesia merobek bendera mereka menjadi bendera
Indonesia.
-
Sekutu = Licik, penjajah,
penguasa
terlihat saat mereka
mencurangi rakyat Surabaya dengan membodohi mereka untuk menuruti segala
perintahnya.
Jalan Lain ke Roma
-
Open = Jujur
terlihat saat ia yang
selalu mengingat pesan orang tuanya untuk selalu jujur.
-
Istri Open = Pemarah
terlihat saat ia yang
sering sekali memarahi Open sambil mebawa-bawa sebuah golok.
-
Ayah , Ibu = Baik, menyayangi
anaknya
terlihat saat mereka
yang berusaha mencari nama baik untuk anaknya, dan saat mengajarkan anaknya
untuk jujur dalam segala hal.
-
Surtiah = Pekerja keras,
Sabar, Penyayang
terlihat saat Surtiah
dengan sabarnya menyayangi suaminya, dan bekerja keras membantu kedua orang
tuanya.
@ Alur
/ Plot
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur
dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
Ø Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang
demikian disebut alur linear.
Ø Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian
disebut alur kausal.
Ø Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik.
Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri
sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat
dipahami.
Ø Jadi alur dari novel ini adalah alur mundur, karena setiap
ceritanya hanya menceritakan kehidupan di zaman dahulu, kejadian yang terjadi
pada zaman dahulu dan berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur
yang demikian disebut alur linear.
Plot dari novel ini :
plot yang tersirat
dalam cerita Ave Maria adalah Ketika Zulbahri pergi meninggalkan Wartini, dan
merelakan istrinya untuk teman lamanya, hingga ia pun jalan tak menentu arah
menjalani sisa hidupnya.
tersirat pada halaman18
Plot yang tersirat
dalam cerita Kejahatan Membalas Dendam adalah saat adegan ketiga belas dari
babak ketiga.
- KOTA
HARMONI
Plot nya
saat dimana orang Indonesia bertengkar dengan seorang Nippon yang menaiki
jendela trem dan terlibat adu mulut. Dan orang Kenpentai membela orang
Indonesia karena memang orang Indonesia benar untuk memarahi orang Nippon
tersebut.
- JAWA BARU
Tertulis pada halaman
87, paragraf 6
Kehidupan susah, dimana-mana
orang-orang mengeluh, tetapi tidak ada seorang pun yang berani membuka mulut.
Seorang utusan pemerintah baru kembali dari perjalanannya dari seluruh Jawa dan
telah mengirimkan laporannya kepada pemerintah. Malamnya diumumkan di radio,
bahwa sungguhpun rakyat hidup susah, mereka tidak mengeluh, menanggungkan
segala-galanya dengan sabar, tanda bakti yang keluar dari hati suci. Pada
penghabisannya dikatakan pula, bahwa pemerintah Nippon terharu sekali dengan ketulusan seluruh rakyat Pulau
Jawa.
- PASAR
MALAM ZAMAN JEPANG
Saat orang Indonesia mengalami kekalahan saat bermain rolet,
sehinnga ia rela satu persatu menjual pakaian nya ,hingga pakain dalamnya.
Tetapi tetap saja ia mengalami kekalahan.
- SANYO
Ketika Kadir terus berusaha bertanya kepada setiap pembeli
kacangnya tentang arti dari kata SANYO, hingga suatu saat ia tidak mengetahui
bahwa orang yang ia Tanya adalah mata-mata dari Nippon, seketika orang itu
marah karena arti kata itu berati sebuah pengejekkan untuk Dai Nippon.
- FUJINKAI
Plot cerita ini saat semua
anggotanya mulai merasa jenuh terhadap rapat yang disampaikan oleh Nyonya
Sastra, dan mulai satu persatu anggotanya pulang karena rapat itu terlalu lama.
- OH……OH…..OH!
Plot dari cerita ini
saat pasukan Keibodan yang berusaha memberhentikan perjalanan hanya untuk
mengambil beras bawaan penumpang, dan Polisi datang membuat malu pasukan
Keibodan dengan hanya menjawab pertanyaan pemilik beras tersebut. Dan yang
ternyata Polisi itu pun melakukan hal yang sama terhadap anak perempuan yang
sedang membawa beras, dengan cara menipu anak perempuan itu dengan modus
membawakan sebagian beras di pundaknya.
- HEIHO
Plot yang ada didalam
cerita ini saat Kartono mendapat kabar kelulusan untuk menjadi seorang Heiho
dan ia pulang kerumahnya dengan meksud member kejutan kepada istrinya yang
ternyata istrinya malah member pilihan kepada Kartono untuk memilih Heiho atau
istrinya.
·
Kisah Sebuah Celana
Pendek
Saat dimana Kusno yang berjuang
mempertahankan sebuah celananya untuk tidak dijual, padahal ia merasa
kelaparan. Tercantum pada halaman 117 paragraf ke-5
·
Surabaya
tercantum saat adegan ke-5 dimana
tentara sekutu semakin bertambah maju masuk ke kota.
·
Jalan Lain ke Roma
terlihat dalam cerita saat Open diminta datang di Kepentai,
tercantum di halaman 166
@ Latar / Setting
~ Latar Tempat : Kota
harmoni, Pulau Jawa, Pasar Malam, Radio Umum, Sukabumi,
Kantor,Surabaya,perkotaan.
Terlihat dari macam-macam tempat di dalam ceritanya untuk
menggambarkan cerita tersebut.
~ Latar Waktu : Zaman
Jepang, Pagi-Malam hari
~ Latar Sosial :
Kehidupan zaman Jepang yang terjadi sebuah evolusi di setiap ceritanya.
@ Aliran
Dalam novel ini mengandung aliran REALISME
Aliran ini
mengutamakan realitas kehidupan. Sastra realis merupakan kutub seberang dari
sastra imajis. Apa yang diungkapkan para pengarang realis adalah hal-hal yang
nyata, yang pernah terjadi, bukan imajinatif belaka. Biografi, otobiografi,
true-story, album kisah nyata, roman sejarah, bisa kita masukkan ke sini.
Sastra realis juga berbeda dengan berita surat kabar atau laporan kejadian,
karena ia tidak semata-mata realistik. Sebagai karya sastra, ia pun dihidupkan
oleh pijar imajinasi dan plastis bahasa yang memikat.
@ Amanat
Amanat yang tercantum dalam novel di setiap ceritanya adalah, Kita
sebagai penerus bangsa sudah seharusnya mengenang sebuah perjuangan orang
terdahulu dalam melawan penjajah. Dan harus meniru semangat serta perjuangannya
dalam hal apapun.
@ Sudut Pandang
Sudut Pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga,
karena si pengarang tidak mencantumkan dirinya masuk dalam cerita, dan ia hanya
menceritakan kisah orang lain dengan kata ganti Ia atau Dia.
@ Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam
upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus
didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah
satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan
cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak
akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang
tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera
pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat
menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik,
menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang
tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain..
Sehingga gaya bahasa yang terjadi dalam pembuatan novel ini
menggunakan bahasa Indonesia yang baku untuk lebih menceritakan hal pada zaman
dahulu.
Unsur Ekstrinsik
@ Biografi Pengarang
Abdullah Idrus (lahir di Padang, Sumatera
Barat, 21 September 1921 – meninggal
diPadang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun)
adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia menikah
dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai
enam orang anak, empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus,
Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik
Idrus.
Dunia Sastra
Perkenalan Idrus dengan dunia sastra sudah dimulainya sejak duduk
di bangku sekolah, terutama ketika di bangku sekolah menengah. Ia sangat rajin
membaca karya-karyaroman dan novel Eropa yang
dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah menghasilkan cerpen pada masa
itu.
Minatnya pada dunia sastra mendorongnya untuk memilih Balai Pustaka sebagai tempatnya bekerja.
Ia berharap dapat menyalurkan minat sastranya di tempat tersebut, membaca dan
mendalami karya-karya sastra yang tersedia di sana dan berkenalan dengan para
sastrawan terkenal. Keinginannya itu pun terwujud, ia berkenalan denganH.B. Jassin, Sutan Takdir
Alisyahbana, Noer Sutan Iskandar, Anas
Makruf, dan lain-lain.
Meskipun menolak digolongkan sebagai sastrawan Angkatan ’45, ia tidak dapat memungkiri bahwa
sebagian besar karyanya memang membicarakan persoalan-persoalan pada masa itu.
Kekhasan gayanya dalam menulis pada masa itu membuatnya memperoleh tempat
terhormat dalam dunia sastra, sebagai Pelopor Angkatan
’45 di bidang prosa, yang dikukuhkan H.B.
Jassin dalam bukunya.
Hasratnya yang besar terhadap sastra membuatnya tidak hanya
menulis karya sastra, tetapi juga menulis karya-karya ilmiah yang berkenaan
dengan sastra, seperti Teknik Mengarang Cerpen dan International
Understanding Through the Study of Foreign Literature. Kemampuannya
menggunakan tiga bahasa asing (Belanda, Inggris, dan Jerman) membuatnya berpeluang untuk menerjemahkan buku-buku
asing. Hasilnya antara lain adalah Perkenalan dengan Anton Chekov, Perkenalan
dengan Jaroslov
Hask, Perkenalan denganLuigi Pirandello, dan Perkenalan
dengan Guy de Maupassant.
Karena tekanan politik dan sikap permusuhan yang dilancarkan
oleh Lembaga
Kebudayaan Rakyat terhadap penulis-penulis yang tidak sepaham
dengan mereka, Idrus terpaksa meninggalkan tanah air dan pindah ke Malaysia. Di Malaysia, lepas dari tekanan
Lekra, ia terus berkarya. Karyanya saat itu antara lain, Dengan Mata
Terbuka (1961) dan Hati Nurani Manusia (1963).
Di dalam dunia sastra, kehebatan Idrus diakui khalayak sastra,
terutama setelah karyanya Surabaya, Corat-Coret di Bawah
Tanah, danAki diterbitkan. Ketiga karyanya itu menjadi karya
monumental. Setelah ketiga karya itu, memang, pamor Idrus mulai menurun. Namun
tidak berarti ia lantas tidak disebut lagi, ia masih tetap eksis dengan menulis
kritik, esai, dan hal-hal yang berkenaan dengan sastra di surat kabar, majalah,
dan RRI (untuk dibacakan).
[sunting]Karya
[sunting]Novel
§
Aki
§
Corat-Coret di Bawah Tanah
§
Dengan Mata Terbuka
§
Hati Nurani Manusia
§
Hikayat Petualang Lima
§
Hikayat Putri Penelope
§
Perempuan dan Kebangsaan
§
Surabaya
[sunting]Cerita
pendek
§
Anak Buta
§
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
[sunting]Drama
§
Dokter Bisma
§
Jibaku Aceh
§
Kejahatan Membalas Dendam
§
Keluarga Surono
[sunting]Karya
terjemahan
§
Acoka
§
Cerita Wanita Termulia
§
Dari Penciptaan Kedua
§
Dua Episode Masa Kecil
§
Ibu yang Kukenang
§
Keju
§
Kereta Api Baja
§
Perkenalan dengan Anton Chekov
§
Perkenalan dengan Guy de Maupassant
§
Perkenalan dengan Jaroslov Hask
§
Perkenalan dengan Luigi Pirandello
§
Roti Kita Sehari-hari
Idrus
|
|
Lahir
|
Abdullah Idrus
21 September 1921 Padang, Hindia Belanda |
Meninggal
|
18 Mei 1979 (umur 57)
Padang, Sumatera Barat,Indonesia |
@ Sosial
Kehidupan Sosial yang terjadi adalah, sebuah
kisah perjalanan dan perjuangan hidup rakyat pada zaman dahulu untuk memperjuangkan
hak-haknya atas pemberontakan pada masa Nippon.
@ Politik
Politik yang terjadi dimana pemegang kekuasan
lebih berkuasa dan memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyat kecil yang sudah
sengsara untuk mengikuti hal yang diminta pada masa Nippon.
@ Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang terjadi zaman dahulu
sangat rendah, sehinnga rakyat kecil begitu sengsara dan membuat Nippon semakin
berkuasa untuk menindas Bangsa Indonesia.
@ Budaya
Kebudayaan yang ada dalam cerita adalah kebudayaan
Jepang, yang betindak semena-menanya dalam merebut hak rakyat Bangsa Indonesia
yang di perbudak oleh Nippon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar